Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Jejak Sejarah Benteng Batu Wulurat: Simbol Peradaban Kei yang Kini Bangkit Lewat Festival Budaya

Jejak Sejarah Benteng Batu Wulurat: Simbol Peradaban Kei yang Kini Bangkit Lewat Festival Budaya


Wulurat, Maluku Tenggara, Liputan21.com – 19 September 2025
Benteng Batu Wulurat di Kecamatan Kei Besar bukan sekadar tumpukan batu bersejarah. Ia adalah saksi perjalanan leluhur Kei dalam menjaga persatuan, keamanan, dan identitas budaya. Kini, warisan peradaban itu kembali hidup melalui Festival Jejak Budaya Benteng Batu Wulurat 2025, yang digelar penuh kemeriahan dan khidmat, Jumat (19/9/2025).

Sejarah Singkat Benteng Batu Wulurat

Sebelum lahirnya Ohoi Wulurat, empat marga besar hidup terpisah di tempat yang berbeda:

Marga Moryaan di Ohoi Ko,

Marga Morvwarin di Ohoi Karbo,

Marga Rahangiar di Ohoi Neyan,

Marga Sarkol di Ohoi Tuthoil.


Meski terpencar, hubungan kekerabatan tetap terjalin. Namun, ketika gangguan keamanan mengancam, mereka sepakat bersatu, mendirikan permukiman baru bernama Kot Ohoiwait, yang kelak dikenal sebagai Ohoi Wulurat.

Di sinilah lahir Benteng Batu Wulurat, bangunan berbentuk persegi dengan dua gerbang utama, dua pintu rahasia, jendela pengintai, serta tangga batu panjang yang ditancapkan di dinding. Arsitekturnya menggunakan teknik batu pengunci, membuatnya tahan gempa. Sayangnya, sebagian tembok sempat dipangkas kolonial Belanda dengan alasan keselamatan.

Kini, meski pemukiman warga meluas ke berbagai arah, benteng ini tetap menjadi warisan berharga yang menunjukkan tingginya peradaban masyarakat Wulurat pada masanya—sebuah bukti kecerdasan arsitektur untuk tempat tinggal, perlindungan, sekaligus pertahanan.

Festival Budaya 2025: Kebangkitan Evav

Pembukaan Festival Jejak Budaya 2025 berlangsung meriah. Bupati Maluku Tenggara, Muhammad Thaher Hanubun, bersama rombongan disambut hangat dengan pengalungan syal, tarian panah, cakalele, dan doa adat.

Festival ini dihadiri pula Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XX, Dodi Wiranto, jajaran Forkopimda, tokoh adat, tokoh agama, serta pemerhati seni dan budaya Kei.

Dalam sambutannya, Bupati menegaskan bahwa festival ini adalah momentum penting:

 “Hari ini saya tandai sebagai kebangkitan budaya Evav di Pulau Kei Besar. Benteng Batu bukan hanya sejarah, tetapi juga simbol identitas dan kekuatan kita. Mari kita kembangkan festival ini menjadi agenda tahunan yang membanggakan dan magnet wisata budaya di Kepulauan Kei,” ujar Thaher.


Warisan yang Mengangkat Martabat Kei

Benteng Batu Wulurat kini tidak lagi hanya berdiri sebagai saksi sejarah, tetapi juga ikon budaya Kei yang mengangkat martabat masyarakat di mata dunia. Festival 2025 menjadi titik balik—dari sekadar peninggalan masa lalu, kini menjadi inspirasi kebangkitan budaya Evav yang berkelanjutan.



Posting Komentar

0 Komentar