Lomba tradisional khas masyarakat pesisir ini mengambil titik start di Pelabuhan Perikanan Dumar dan finis di Pelabuhan Yos Sudarso Tual, menyedot perhatian ribuan warga yang memadati sepanjang garis pantai untuk menyaksikan jalannya pertandingan.
Kepala TKBM Pelabuhan Yos Sudarso, Jimal Kabalmay, menegaskan bahwa belang mini bukan sekadar olahraga laut, melainkan warisan budaya yang harus terus dilestarikan.
> “Belang adalah simbol perjuangan, persaudaraan, dan identitas masyarakat Kei. Dulu, sekitar tahun 1980-an, lomba seperti ini rutin diadakan, namun sempat hilang. Hari ini kami hidupkan kembali agar generasi muda tidak melupakan budaya bahari kita,” tegas Jimal, disambut tepuk tangan meriah.
Ia juga mengungkapkan bahwa TKBM berkomitmen memperbesar festival ini di masa mendatang dengan melibatkan sekolah-sekolah dan masyarakat luas, bahkan menargetkan mengirim tim terbaik untuk berlaga di turnamen tingkat Kabupaten Maluku Tenggara.
Sementara itu, Asisten I Setda Kota Tual, Usman Borut, mewakili Wali Kota Tual, menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya.
> “Lomba belang mini bukan hanya olahraga, tapi juga simbol kebersamaan dan persaudaraan. Tradisi ini adalah identitas budaya masyarakat Tual yang harus diwariskan. Jika dikembangkan dengan baik, ia bisa menjadi daya tarik wisata bahari unggulan daerah kita,” ujarnya.
Sorak-sorai penonton pecah saat panitia mengumumkan pemenang. Hadiah bagi para juara diserahkan langsung oleh sejumlah pejabat daerah, termasuk Danlanal Tual Kolonel Laut (P) Hananto Dwi Prasetyo yang didaulat menyerahkan piala kepada salah satu tim terbaik.
Sebanyak 12 tim dayung dari berbagai komunitas TKBM, baik kargo maupun bagasi, ikut ambil bagian dalam perlombaan. Meski hanya memperebutkan juara 1 hingga 4, namun semangat sportivitas dan gotong royong begitu terasa sepanjang lomba.
Final belang mini ini bukan sekadar ajang hiburan, tetapi juga pengingat bahwa tradisi bahari masyarakat Kei adalah pusaka berharga yang layak dijaga dan diwariskan lintas generasi.

0 Komentar