Maluku Tenggara,liputan21.com — Ribuan warga tumpah ruah di Pantai Ngursarnadan, Ohoililir, Kecamatan Manyeuw, menyaksikan puncak Festival Pesona Meti Kei 2025. Hamparan pasir putih, air laut sebening kristal, dan langit biru menjadi saksi perayaan budaya tahunan yang telah berlangsung sejak 20 Oktober lalu. Senin, 27/10/ 2025
Dalam sambutannya, Bupati Maluku Tenggara, Muhamad Thaher Hanubun, menegaskan bahwa momentum Meti Kei bukan sekadar ajang wisata, tetapi harus menjadi sarana nyata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Festival ini bukan hanya tentang keindahan yang bisa dipandang mata, tetapi tentang bagaimana pariwisata membawa kehidupan dan kesejahteraan bagi masyarakat Maluku Tenggara,” ujar Bupati Thaher di hadapan ribuan pengunjung yang memadati pesisir Ngursarnadan.
Bupati Thaher juga menyampaikan apresiasi tinggi kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, yang tahun ini kembali menempatkan Festival Pesona Meti Kei dalam jajaran agenda nasional resmi.
“Pengakuan ini adalah kehormatan besar. Semoga terus berlanjut di tahun-tahun mendatang,” tambahnya.
Destinasi Berkelas Dunia, Tantangan Tetap Ada
Dalam pidatonya, Bupati menggambarkan pesona alam Kepulauan Kei sebagai salah satu destinasi paling memesona di Indonesia — dengan kombinasi pantai berpasir putih halus, air laut berkilau kebiruan, hingga gugusan pulau eksotis yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara.
Namun di balik keindahan itu, ia mengakui masih ada tantangan besar, terutama keterbatasan infrastruktur, promosi, dan sumber daya manusia pariwisata.
“Kita punya segalanya. Tapi kalau SDM kita tidak bergerak maju, maka kita akan menghadapi kesulitan ke depan,” tegasnya.
Bupati juga menyoroti pentingnya perhatian pemerintah pusat terhadap akses transportasi yang lebih baik ke Maluku Tenggara, termasuk rencana kerja sama penerbangan Timika–Kei–Ambon untuk memperkuat konektivitas wisata.
Dari Festival Menuju Gerakan Pariwisata Berkelanjutan
Sejak pertama kali digelar, Festival Pesona Meti Kei telah memberi dampak positif nyata — mulai dari peningkatan kunjungan wisatawan, penguatan ekonomi lokal, hingga promosi budaya Kei ke panggung nasional dan internasional.
Namun, Bupati menekankan agar ke depan, festival ini tidak hanya menjadi seremoni tahunan, melainkan motor penggerak pariwisata berkelanjutan di Maluku Tenggara.
“Kita ingin Meti Kei menjadi ikon pariwisata yang menjaga kearifan lokal dan kelestarian lingkungan. Dengan semangat kolaborasi, saya percaya kita bisa,” tandasnya penuh optimisme.
Pesona Kei yang Tak Pernah Padam
Pantai Ngursarnadan hari itu bukan hanya jadi tempat penutupan, tapi juga simbol keindahan dan harapan baru. Dari wisata bahari hingga kuliner, dari budaya hingga sport tourism, Maluku Tenggara terus memperluas daya tariknya di mata wisatawan nusantara dan mancanegara.
Dengan semangat “Kota Tua, Indah Dipandang, Sejahtera Dirasakan,” Bupati Thaher menutup sambutannya dengan ajakan menggugah:
“Mari kita jaga pesona Kei, bukan hanya untuk dilihat dunia, tetapi untuk diwariskan kepada generasi yang akan datang.”

0 Komentar