Warisan Leluhur Kei yang Terus Hidup di Tengah Modernisasi
Maluku Tenggara, liputan21.com — Di tengah pesona laut yang surut di Pantai Hoar, Ohoi Danar Sare, ratusan warga tampak berbaris di tepi pesisir. Dengan janur kuning dan tali nilon di tangan, mereka bersiap menarik bersama-sama dalam tradisi tua Wer Warat — cara khas masyarakat Kei menangkap ikan saat laut surut maksimal.Minggu, 26/10/2025.
Tradisi ini tidak sekadar metode menangkap ikan, tetapi manifestasi nilai gotong royong dan harmoni manusia dengan alam yang telah diwariskan turun-temurun. Gerakan serentak menarik tali panjang di atas hamparan pasir dan karang menjadi simbol persaudaraan dan rasa syukur atas limpahan rezeki laut.
Kehadiran Anggota Komisi III DPR RI, Widya Pratiwi Murad, memberi warna tersendiri pada Festival Pesona Meti Kei 2025 yang menampilkan tradisi Wer Warat tersebut.
Ia menyampaikan apresiasi atas semangat pemerintah dan masyarakat Maluku Tenggara dalam menjaga warisan budaya leluhur.
“Tradisi seperti ini harus terus kita lestarikan. Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi? Festival ini bukti bahwa masyarakat Kei mencintai budayanya dan menjadikannya kebanggaan daerah,” ungkap Widya.
Meski sempat diguyur hujan, semangat masyarakat tak luntur. Sorak gembira dan tawa riang bergema di sepanjang pantai saat tali janur kuning mulai ditarik dan ikan-ikan kecil berloncatan di air dangkal.
Momen itu menjadi simbol persatuan dan sukacita, ketika warga dan pengunjung menyatu dalam semangat kebersamaan.
Lebih dari sekadar tontonan, Wer Warat adalah cerminan falsafah hidup orang Kei: Ira na im waat, ain ni ain — satu hati, satu rasa, satu tujuan.
Di tengah derasnya arus modernisasi, tradisi ini menjadi pengingat bahwa kekuatan budaya lokal mampu menyatukan dan menghidupkan kembali semangat cinta tanah air.

0 Komentar