Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Spot Wisata Mangrove di Maluku Tenggara Akan Bernama "Eka Baguspot" untuk Mengenang Mahasiswa UGM

Spot Wisata Mangrove di Maluku Tenggara Akan Bernama "Eka Baguspot" untuk Mengenang Mahasiswa UGM


Maluku Tenggara, Liputan 21.com – Sebuah spot wisata mangrove di kawasan Hutan Raya Mangrove Hoat Tamngil, Ohoi Rumadian, Kecamatan Manyeuw, Kabupaten Maluku Tenggara, akan segera diberi nama “Eka Baguspot”. Penamaan ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada dua mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), Septian Eka Rahmadi dan Bagus Adi Prayogo, yang menjadi korban kecelakaan laut di perairan Debut beberapa waktu lalu.

Inisiatif penamaan tersebut datang dari Dominikus Watratan, atau akrab disapa Onggo Watratan, selaku Manajer Wisata Hoat Tamngil. Onggo terinspirasi dari interaksi langsungnya bersama kedua almarhum, yang sempat melakukan pendataan jenis-jenis mangrove di kawasan tersebut sebelum insiden tragis itu terjadi.

> "Saya sempat ke dalam hutan mangrove bersama almarhum Bagus, mengenalkan jenis-jenis mangrove. Dari sanalah muncul ide untuk mengabadikan nama mereka berdua di spot wisata yang belum diberi nama. Sebagai penghormatan agar nama mereka terus harum seperti pucuk mangrove yang terus tumbuh," ungkap Onggo saat ditemui Jumat (4/7/2025).



Edukasi dan Inovasi Wisata Mangrove

Lebih dari sekadar nama, Eka Baguspot akan dikembangkan menjadi pusat edukasi keanekaragaman hayati mangrove. Kawasan Hoat Tamngil diketahui memiliki sekitar 12 jenis mangrove, di antaranya lindur, pidada, dan berbagai jenis risopora.

Sejumlah jenis mangrove ini juga berpotensi dikembangkan secara ekonomis. Misalnya, buah pidada yang bisa diolah menjadi sirup, sabun, dodol, hingga permen. Ada pula risopora tertentu yang dapat dijadikan bahan pewarna tekstil, kosmetik, bahkan kopi khas mangrove.

Onggo Watratan menyebutkan salah satu produk unggulan yang tengah dikembangkan adalah "Kopi Sianida Mangrove". Meski namanya terdengar ekstrem, kopi ini diolah dari jenis risopora tertentu yang aman dikonsumsi. Ia menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat agar tidak sembarangan mengolah mangrove tanpa pemahaman yang benar.

> "Masyarakat harus tahu, tidak semua risopora bisa dibuat kopi. Kami akan hadirkan edukasi agar pemanfaatan mangrove tidak menimbulkan risiko kesehatan," jelas Onggo.



Produk Unggulan dan Rencana Pengembangan

Masyarakat Ohoi Rumadian dan pelaku UMKM setempat juga mulai memproduksi kopi mangrove dan keripik lindur sebagai produk lokal. Kedua produk ini rencananya akan menjadi suguhan utama di Eka Baguspot, agar wisatawan bisa menikmati kuliner khas sambil menjelajahi hutan mangrove.

Pj. Kepala Ohoi Rumadian, Rudolf A.H. Watratan, menuturkan bahwa pemerintah ohoi telah menyusun strategi pengembangan kawasan wisata tersebut. Di antaranya pembangunan wahana air, spot-spot foto, hingga jalur edukatif di dalam kawasan mangrove.

Sementara itu, Camat Manyeuw, Korneles J. Rettob, menilai inisiatif penamaan “Eka Baguspot” sebagai langkah yang tidak hanya bernilai penghormatan, tetapi juga memperkuat identitas wisata lokal yang berkelanjutan.

> "Kawasan ini bisa jadi destinasi unggulan Manyeuw, bukan hanya karena keindahan alamnya, tapi juga karena nilai kemanusiaan dan edukasi yang terkandung di dalamnya," kata Rettob.



Siap Diresmikan Tahun Depan

Meski terus dikembangkan, Onggo mengungkapkan bahwa kawasan wisata Hoat Tamngil masih dalam tahap renovasi dan belum akan dibuka untuk umum pada tahun ini. Ia optimis seluruh fasilitas dapat rampung pada tahun 2026 mendatang, bersamaan dengan digelarnya kembali Festival Mitkei yang sempat populer sebelumnya.

> "Festival Mitkei belum bisa digelar tahun ini karena masih renovasi. Tapi kami janji, tahun depan festival dan kawasan wisata ini akan bangkit lebih baik dari sebelumnya," pungkas Onggo.





Posting Komentar

0 Komentar