Omukia, Papua , Liputan 21.com – Di tengah megahnya lanskap pegunungan Papua yang diselimuti kabut pagi, lantunan pujian dan doa terdengar syahdu dari Kampung Eronggobak, Distrik Omukia. Suasana penuh ketenangan itu menjadi saksi nyata keharmonisan antara prajurit Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti (WYC) Pos Eromaga dan warga Nasrani setempat dalam ibadah Minggu bersama.
Setiap pekan, tanpa pernah absen, para prajurit menggantungkan senjata mereka sejenak, menggantinya dengan Alkitab dan hati yang terbuka. Dipimpin oleh Pratu Jitro, ibadah mingguan ini menjadi rutinitas rohani yang menguatkan hubungan spiritual dan emosional antara TNI dan masyarakat.
“Ini bukan hanya tugas, tapi panggilan hati,” ujar Danpos Eromaga, Letda Inf Sudirman. “Kami hadir bukan hanya sebagai penjaga keamanan, tapi juga sebagai saudara. Ibadah bersama ini adalah bukti bahwa TNI dan rakyat adalah satu kesatuan.”
Kehadiran para prajurit dalam ibadah tidak sekadar simbol toleransi, namun menjadi manifestasi dari komitmen TNI dalam menjalin hubungan yang hangat dan mendalam dengan masyarakat. Di mata warga, kehadiran Satgas membawa harapan dan semangat baru.
“Mereka seperti malaikat bagi kami,” tutur Bapak Markus Tabuni, tokoh masyarakat Kampung Eronggobak. “Bukan hanya melindungi, tapi juga memperkuat iman kami.”
Apa yang dilakukan di Pos Eromaga adalah cerminan nilai-nilai kemanusiaan dan persatuan yang melampaui sekat sosial maupun budaya. Di bawah langit biru Papua, di tengah lembah dan bukit yang seakan bersaksi, Satgas Yonif 700/WYC tak hanya menorehkan kisah kepahlawanan di medan tugas, tapi juga ketulusan di tengah kehidupan rakyat.
Pos Eromaga kini bukan sekadar pos penjagaan, melainkan ruang damai tempat senyuman dan doa menguatkan ikatan antara TNI dan rakyat—sebuah harmoni yang menjadi fondasi Indonesia yang kuat dan bersatu.
Autentikasi: Pen Satgas Pamtas RI-PNG Mobile Yonif 700/Wira Yudha Cakti (Kef)
0 Komentar